Minggu, 14 Desember 2008

Gelar Dalam Kepaksian Pernong


Sumber lisan di Kapaksian Pernong dan juga keterangan tertulis serba ringkas mengenai gelar kebangsawanan dan gelar dalam fungsi adat telah diuraikan Sai Batin, pucuk pimpinan adat Paksi Pak Sekala Beghak.

Dalam adat Paksi Pak Buay Pernong, ada beberapa tingkatan gelar atau adok. Seluruh adok adalah mutlak anugerah dari Sai Batin. Anugerah diberikan atas dasar keturunan (nasab-silsilah) maupun karena jasa besarnya kepada Sai Batin atau Kepaksian Pernong.
Dalam adat Paksi Buay Pernong, gelar adat dalam berbagai tingkatan tidak “diperjualbelikan” melalui cara dan dengan alasan apapun. Kalaupun ada gelar yang dianugerahkan, merupakan mutlak hak prerogatif Sai Batin.
Meski demikian, sebenarnya Sai Batin mengambil keputusan bukan tanpa dasar dan menutup diri dari aspirasi bawah. Para Kepala Jukku berkewajiban menyusun akkat tindih (tingkatan) status anak buah yang akan diberi gelar. Akkat tindih itu kemudian dimusyawarahkan dengan Raja-raja Kappung Batin. Pengusulan pakkal ni adok ini harus menimbang gelar dari ayahnya (lulus kawai); cakak adok (naik tingkatan gelar) dan adanya pemekaran Jukkuan.
Hasil musyawarah diserahkan kepada Sai Batin melalui Pemapah Dalom /Pemapah Paksi untuk dimintakan persetujuan.
Apapun keputusan Sai Batin itulah yang harus diterima.
Dalam adat Kepaksian Pernong, gelar terdiri dari dua atau lebih suku kata yang berpedoman pada Pakkal Ni Adok dan pada Uccuk Ni Adok. Pakkal (pangkal) dari gelar merupakan kata inti dari gelar yang menunjukkan status atau tingkat kedudukan seseorang dalam Tatanan Adat Kepaksian Pernong.
Contohnya, gelar-gelar : Raja, Batin, Radin dan seterusnya. Sedangkan Uccuk (ujung) dari gelar menunjukkan identitas keturunan atau Jukkuan yang bersangkutan. Misalnya : Raja Batin II, artinya berasal dari Jukkuan Lamban Bandung.
Gelar Sultan hanya untuk Sai Batin. Melekat pula pada gelar Sultan adalah Pangeran dan Dalom. Permaisuri Sai Batin, bergelar Ratu. Dalam stratifikasi gelar yang berkait dengan jabatan (struktur) adat dalam masyarakat berturut-turut sebagai berikut :


SULTAN

RAJA

BATIN

RADIN

MINAK

KEMAS

MAS

Gelar tersebut berkaitan dengan status dan kedudukan yang bersangkutan dalam strata kehidupan masyarakat adat Paksi Buay Pernong. Gelar dapat memperlihatkan kedudukannya dalam masyarakat adat dimana ia tinggal. Seorang bergelar Raja, dia mempunyai anak buah yang tertata dalam suatu kelompok masyarakat adat yang disebut Jukku. Raja membawahi beberapa Batin, Radin, Minak, Kimas, Mas, dan seterusnya. Pada jalur perempuan, gelar itu setelah Ratu, adalah Batin-Radin-Minak-Mas-Itton.
Hanya, ada sedikit perbedaan gelar Raja dan gelar-gelar lain yang diberikan kepada keluarga Sai Batin yang tertata dalam Papateh Lamban Gedung, semacam “Sekretariat Negara”. Mereka ini memperoleh gelar karena adanya hubungan darah dengan Sai Batin. Karenanya, tidak membawahi langsung gelar-gelar dibawahnya. Sultan dalam menjalankan fungsinya dibantu oleh Pemapah Dalom, semacam perdana menteri, yang biasanya diangkat dari salah seorang paman atau adik Sultan. Para Pemapah Dalom/Pemapah Paksi bergelar Raja.
Gelar Raja oleh Sai Batin juga dianugerahkan kepada, Kepala Jukku; Putera Kedua Sai Batin; dan Menantu Tertua Laki-laki dari Sai Batin. Kepada menantu perempuan tertua memperoleh gelar Tidak Tudau atau Matudau (anak puteri mengikuti suaminya).
Masyarakat adat terkelompok dalam struktur sebagai berikut:
Jukku dipimpin Kepala Jukku bergelar Raja Sumbai dipimpin Kepala Sumbai bergelar Batin Kebu dipimpin Kepala Kebu bergelar Radin Lamban (Keluarga) dipimpin Kepala Keluarga atau Ghagah.(Sumber Paksi Buay Pernong Paksi Pak Sekala Brak)

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya membaca 2 posting di blog ini ttg kepaksian buay pernong. dan sepertinya posting itu ada di blog lain. Jadi kalau memang posting anda mengambil dari blog lain, ada baiknya disebutkan sumbernya, agar pembaca seperti kami bisa lebih jelas.
makasih

Seem.Canggu mengatakan...

Assalamualikum puakhi Koni, sikindua khadu ngebaca komentar ni puakhi di blog buay pernong, mak begaoh hanjak sikindua, mana sikindua munih kerabat setia ni gedung dalom Kepaksian Pernong, nyaman kantu ya mawat nyalahan sikindua ngingok ko bahwa petutukham kham khuppok jama Saibatin/Sultan yaddo PENIAKAN DALOM BELIAU dapok munih ti singkat PENIAKAN BELIAU atau sai paling buttak PUN BELIAU, khik kindo kak kham khuppok komunikasi jama Peniakan Beliau, mak nihan kasi dia nyebut NYAK kittu yaddo SIKINDUA, Natabik kilu mahaf kittu ajo mawat bukena di hati ni puakhi. Salam jak puakhi mu SEEM R. CANGGU, SE;MM. (jamma khamah jak Canggu)tinggal di Jakarta

Koni mengatakan...

Teri kasih kepada saudara DWI atas komentarnya di blog saya. Sejauh ini dalam setiap posting yang saya buat selalu mencantumkan sumber di akhir tulisannya.

Koni mengatakan...

Salam hormat jama Mamak SEEM di Jakarta. Semakkungna sekindua ngucakkon beribu terima kasih atas saran khik bimbinganna. Sekindua waktu lagi melunik khisok petungga khik ngeliak Mamak SEEM, bahkan di pekon Gekhingan kham lagi wat ikatan darah. Kidang sekindua maklum ki mamak mak dapok nginong sekindua masalahna mamak khadu terkenal di Bandar lampung khik lampung barat nyak lagi SD. Terakhir sekindua ngeliak mamak waktu mamak khik Jamil Samidin tampil diacara orkes di pekon Canggu.

Anonim mengatakan...

Salam kenal saja untuk minak muakhi dari Lampung Barat.